My Imagination Story by Listening The Trees and The Wild’s songs #3 Irish Girl

terlepas dari lirik atau pun maksud dari lagu-lagu ini. hanya saja, ketika saya mendengarkan lagu mereka, timbul semacam video klip di kepala saya. inilah yang akan saya bagi. bukan pengalaman saya.

 

“Aku adalah seorang fans sebuah band. The trees and the wild. Di dinding kamarku hanya ada mereka. Aku mengikat tali sepatuku. Merapikan bajuku. Bercermin. Mengambil tasku dan mulai beranjak dari kamar. Aku masih tak tahu ingin kemana. Aku hanya ingin berjalan-jalan. Mencari sebuah kebahagiaan dalan kehidupan yang singkat ini. Aku menghisap lollipop yang aku beli kemarin sore. Aku berjalan ke arah kanan. Seorang laki-laki dengan postur tubuh yang sepertinya kukenal berdiri bersandarkan pagar dengan hoodie yang menutupi kepalanya. Aku tak peduli. Aku telah melewatinya. Aku merasa laki-laki tadi memperhatikan setiap langkahku. Aku berbalik ketika jarak lumayan jauh darinya. Ia menatapku dan membuka hoodienya. Dia andra! Andra the trees and the wild! Namun, ia berbalik dariku dan mempercepat langkahnya menaiki motor didepannya. Aku mempercepat langkah untuk mengejarnya. Namun, tidak bisa. Kakiku terlalu payah bila diadu dengan roda motor.”

“Aku melanjutkan perjalanan. Aku bertemu dengan  sekelompok musisi jalanan yang masih kecil. Aku bermain dengan mereka. Bernyanyi, membuat lagu, menari, bersenang-senang. Aku merasakan sedikit kebahagiaan yang kucari tadi. Namun, konsentrasiku seketika buyar karena aku melihat sesosok pria yang memperhatikanku dengan anak-anak tadi. Pria itu tersenyum padaku. Dia iga! Iga the trees and the wild! Aku sedikit berlari ke arahnya. Namun ia telah menaiki sebuah mobil yang menjemputnya. Lagi-lagi kakiku terlalu payah diadu dengan roda mobil.”

“Aku mulai memikirkan kejadian-kejadian tadi. Apakah mereka yang akan membuat kebahagiaan yang aku cari tadi? Tapi mengapa aku selalu tidak berhasil menghampiri mereka? Aku lebih merasakan kebahagiaan walau pun sedikit dari musisi-musisi jalanan tadi. Aku memikirkannya. Seketika aku berjalan ke arah lampu merah. Aku hanya berdiam diri disana melihat mobil yang mondar-mandir menuggu lampu merah dan kembali jalan ketika lampu hijau menyala. Mereka cinta lampu hijau dan membenci lampu merah. Aku mulai berpikir lagi. Kenapa mereka menamakan tempat itu lampu merah? Padahal mereka membenci lampu merah. Mengapa mereka tidak menamakan lampu itu lampu hijau? Lampu hijau adalah yang mereka tunggu-tunggu, bukan? Lampu merah menyala. mobil-mobil berhenti. Tidak jauh dari depanku ada sebuah mobil yang berhenti. ia membuka kacanya. Mengalihkan mata dan kepalanya padaku. Aku melihatnya sekilas. Namun, aku merasa mengenali wajah itu. Aku kembali melihatnya. Itu remedy! Remedy the trees and the wild! Lampu hijau menyala. mobilnya melaju.”

“Aku mencoba mengejarnya. Kali ini, aku tidak mau kalah. Aku harus mencari tau apa yang sebenarnya ingin diperlihatkan. aku mengambil sepeda yang terparkir dipinggir jalan. Entah siapa empunya. Aku menaiki sepeda itu dan memacunya lebih cepat. Mencoba mengejar mobil tadi. Namun, roda sepeda tadi terlalu payah bila diadu dengan roda mobil itu.Tak jauh berbeda dengan kakiku.”

“Aku berhenti. namun, seorang polisi dan mungkin pemilik sepeda ini mengejarku. Aku melempar sepedanya ke samping dan berlari sekuat tenaga. Aku tak menengok ke belakang. Aku berlari dengan tak tau arah dan tujuan. Seketika aku berhenti dan menyadari mereka tidak mengejarku lagi. Aku berhenti membungkuk mencoba mengatur nafasku. Lalu aku tegapkan kembali badanku. Ada 3 pria didepanku. Mereka adalah orang-orang tadi yang kukejar. The trees and the wild. Mereka tersenyum padaku. Aku pun tersenyum pada mereka. Aku tersenyum karena aku telah mendapat jawabannya. Jawaban atas kebahagiaan dan pertanda yang diberikan tadi.”

My Imagination Story by Listening to The Trees and The Wild’s songs #2 Malino

terlepas dari lirik atau pun maksud dari lagu-lagu ini. hanya saja, ketika saya mendengarkan lagu mereka, timbul semacam video klip di kepala saya. inilah yang akan saya bagi. bukan pengalaman saya.

“Pantai. Sesuatu yang akrab dengan kampung halamanku. Aku rindu dengan kampung halamanku. Maka aku ada disana sekarang. Seperti biasa, orang-orang menyambutku. Mereka datang kerumah nenekku dimana aku akan tinggal selama sepekan disana. Bangung tidur, aku melayani tamu-tamu yang berdatangan. Katanya mereka ingin melihatku. Terakhir kali aku kesini, aku masih kecil. Kami bercerita, tertawa, berbagi suka dan duka. Aku rindu suasana seperti ini..”

“Sorenya aku menghampiri hal yang paling aku rindukan. Pantai yang serta-merta selalu setia menemani laut di kala apa pun. Ketika mengamuk, ketika tenang. Pantai adalah lambang kesetiaan untukku. Aku duduk sendiri disini. Di pantai. Memandangi laut. Memandangi matahari yang mulai malu kuperhatikan. Ia ingin kembali ke peraduannya. Aku memandangi awan yang bergerak perlahan. langit yang hendak merubah warnanya menjadi gelap pekat. Aku bosan dengan hiruk-pikuk kota. Kadang aku menikmatinya. Tapi ini, nikmatnya terlalu diluar batas. Membuat aku ingin berlama-lama disini. Tiba-tiba sebuah suara memanggilku untuk masuk ke dalam rumah. Hari sudah mau gelap. Aku masuk ke dalam rumah dan melambai pada keindahan alam ini.”

“Keesokannya, pagi hari aku kembali pada keindahan alam tadi. Aku telah berjanji padanya. Aku duduk terpaku lagi. Namun, mereka memaksaku untuk bermain. Aku beranjak, aku berjalan diatas pasir putih yang tampak keemasan bila sinar menyorotinya. Aku berlari. Aku berputar dan merasakan keindahan ini terlalu indah bagiku. Aku membiarkan setengah badanku ditenggelami oleh air asin ini. aku bermain dengan ombak. aku bermain dengan air asin ini. aku berlari kesana-kemari. Aku berbaring diatas pasir dan membiarkan ombak menyentuhku sesekali. Aku merasa terlampau kecil dan payah bila dibandingkan dengan Pencipta keindahan alam ini. Aku tersenyum, aku tertawa. Aku bersuka dengan alam. Aku bercinta dengan alam. aku merasakannya.”

“Senada…”

My Imagination Story by listening The Trees and The Wild’s songs #1 Honeymoon on Ice

terlepas dari lirik atau pun maksud dari lagu-lagu ini. hanya saja, ketika saya mendengarkan lagu mereka, timbul semacam video klip di kepala saya. inilah yang akan saya bagi. bukan pengalaman saya.

“Aku tiba di sebuah perkumpulan es. Salju sedang turun. Tempat itu adalah janji kami di masa lampau. Ketika ia pergi dan tak tahu akan kembali lagi atau tidak. aku memperhatikan sekitar. Tiada siapa pun.. yang ada hanya hutan yang kedinginan. Aku mendirikan tenda sendirian. Aku mencari kayu bakar untuk menghangatkan tubuh. Menyalakan korek dan ber-api-unggun sendirian. Aku menunggunya.”

“Ketika kantuk mulai menghampiri, aku masuk ke dalam tenda. Sebelum kupejamkan mata, aku melihat fotonya lagi. Mencoba mengingat dirinya. Dirinya yang membuatku rela seperti ini. Aku tidak pernah melupakannya. Namun, ini terlalu lama, sehingga aku harus kembali mengingat detailnya. Kupejamkan mata dengan memeluk diorama datar itu.”

“Pagi pun datang. ia belum jua datang dan merangkulku disini. Aku pergi ke hutan kedinginan itu. Mencoba bernegosiasi dengannya agar kami bisa menjalin simbiosis mutualisme. aku menghangatkannya dengan tanda-tanda hangat di batang tubuhnya yang besar-besar itu. Aku menulis tanda agar ia tak tersesat mencariku. Aku yakin dia mencariku. Setelah kulakukan semua itu, aku kembali ber-api-unggun. Membuat secangkir kopi yang tak lama akan menjadi es apabila aku tak cepat-cepat meminumnya. Kuteguk dengan sekali tegukan.”

“Sepekan sudah berlalu. Aku mulai tidak tahan dengan semua ini. Tapi aku masih yakin ia akan datang mencariku. Namun ia belum jua datang. Aku bisa merasakannya lewat mimpi dan tiap gerakan tubuhku. Aku mulai kedinginan. Kedinginan dalam hati dan luar hati. Kali ini aku hanya diam terpaku menunggunya. Kapan ia datang? Apa ia masih mengingatku? Aku telah memperjuangkannya. Karena aku ada disisinya. Tapi apa dia ada disisiku? Pertanyaan-pertanyaan konyol ini tidak pantas aku tanyakan seharusnya. Karena jawabannya sudah tertulis dalam mimpi dan gerakanku.”

“Ketika aku mulai merengkuk tak berdaya dengan bersin yang meradang hingga merasuk ke dalam hati, aku melihat cahaya dari kejauhan. Cahanya itu kecil. Lama-kelamaan menjadi besar seakan ada tepat didekatku. Aku menyipitkan mata. Apa ini? Tiba-tiba sebelah tangan menawarkan saputangan. Aku mengambilnya untuk mengatasi bersin yang tidak hendak beranjak menemaniku. Aku menengadah. Ini dia. Dia yang kutunggu. Yang selalu mencariku. Yang selalu disisiku. Yang aku rasakan dalam mimpi dan setiap gerakan tubuhku. Yang mencariku. Yang ada di masa lampau hidupku. Ia menepati janjinya. Janjinya dan janjiku. Janji kita.”

  • Calendar

    • December 2010
      M T W T F S S
       12345
      6789101112
      13141516171819
      20212223242526
      2728293031  
  • Search