Cantik Bisa Dibeli?

pikiran ini berawal dari iklan-iklan yang saya lihat di tipi, di koran, di majalah, di billboard, dan lain-lain. terus tiba-tiba berpikir kalo kita mau cantik berarti bisa dong ya dengan beli produk kecantikan. artinya ya bisa dibeli dong? bila si iklan-iklan tersebut benar, maka kecantikan bisa dibeli?

nah saya tiba-tiba mengubah persepsi saya menjadi ‘Ngapain Juga Iri sama Orang Cantik?’ toh saya juga bisa cantik. mungkin saya nya aja yang males atau apalah itu sebagainya.

terus pikiran ini saya teruskan lagi. kalo kecantikan bisa dibeli (kecantikannya ya bukan objeknya) berarti gak jauh beda dong ya sama ehem jablay. bisa dibeli. entah kenapa saya mikir gitu. terus kalo ada cowok yang melihat seorang cewek dari seberapa cantiknya dia, berarti cowok itu gak jauh beda dengan abang-abang yang suka ‘make’ ehem jablay. iya gak? itu sih logika saya aja yang bilang gitu.

baiklah. tapi jauh dibalik itu semua saya tidak menyalahkan orang yang cantik atau cowo yang suka cewe cantik. sah-sah aja kok. toh selama kecantikan mereka masih baik (baca: gak pake susuk) yaa gapapa. lagian enak juga diliat kan kalo orang cantik?

saya sebenernya berpikir kayak gini secara tiba-tiba karena saya bosen disuruh pake ini-itu yang katanya “biar cantik de..” ahh persetanlah! saya agak malas menggapainya, sebenarnya. saya berpikir lebih baik cantikin hati dulu yang gak perlu duit dan segala keribetan yang ada.

nah mungkin itu yang biasanya orang-orang sering bilang saya kalo milih baju lama banget, tapi dandan secepat kilat. bodo amat lah. siapa sih yang mau ngeliatin juga? saya tidak begitu butuh pujian atau komentar orang kok. yes, saya cuek.

jadi, untuk kamu yang (mungkin) merasa tidak cantik atau iri sama orang cantik, ih ga perlu deh. kalo mau cantik, bisa aja lagi. santai. dia akan datang sesuai bayaranmu.. 🙂

My Imagination Story by Listening The Trees and The Wild’s songs #4 Kata

terlepas dari lirik atau pun maksud dari lagu-lagu ini. hanya saja, ketika saya mendengarkan lagu mereka, timbul semacam video klip di kepala saya. inilah yang akan saya bagi. bukan pengalaman saya.



“Aku bertengkar dengannya. Sesosok wanita yang kubanggakan. Wanita yang telah menghadirkanku di dunia yang penuh kebohongan ini. Dia membandingkan aku. Apa yang ku lakukan hampir semuanya salah baginya. Aku membanting semua benda yang ada di sekitar kami di depannya. Ia mengarahkan matanya tajam kepadaku dan mengeluarkan bilah-bilah pisau dari mulut tajamnya yang kecil. Aku tak tahan. Aku beranjak dengan teriakan dan jeritan hati yang dikuasai amarah.”

“Kuajak kakiku melangkah ke tempat kost ku. aku mematung di kasur, lalu sesekali menyeka air mata bilamana ia jatuh. aku memandang sekitar. Terlihat olehku bingkai manis yang terpajang disamping tv. Aku mengambilnya dan memperhatikannya. Dua wanita tersenyum didalamnya. Menyuarakan air muka yang bahagia. Aku dan dia. Aku merangkulnya dan menciumnya.”

“Bingkai ini seolah menjadi pintu memoriku tentang wanita itu. Terbayang ketika aku berbagi cerita dengannya, makan bersama dengannya, mendengar lelucon konyolnya, mendengar tawanya, makan bersamanya, mendengarkan lagu favorit kami bersama, menonton film di bioskop bersama, belanja bersama, menemaniku di saat gelap. Ia selalu tahu apa yang kubutuhkan. Ia selalu tahu apa yang cocok untukku. Ia selalu berkomentar tentangku. Ia memperhatikanku. Ia menemaniku. Ia mengkhawatirkanku.”

“Ia adalah ibuku. Seorang wanita yang sering kuceritakan pada teman-temanku untuk aku banggakan. Seorang wanita yang darahnya mengalir di darahku. Yang rahimnya melindungiku. Yang berjuang hidup dan mati untuk hidupku. Aku mulai mengenang jasanya. Ia sangat senang memilikiku. Ia adalah seseorang yang selalu sayang padaku. Tak akan pernah habis dan luntur. Ia rela sakit-sakitan untukku.Kututup lagi pintu memori itu dan kembali memandangi bingkai itu. Kuperhatikan wajahnya. Pernahkah ia merasa lelah melakukan semua ini untukku? Ia tak pernah mengeluhkannya. Lalu apa balasanku?”

“Aku meletakkan figura itu kembali di tempatnya. Aku menyambar tas dan jaketku seraya beranjak dari kamar kost ku yang berantakan seperti kapal pecah. Dan aku kembali teringat. Ia, ibuku, adalah orang yang selalu merapikan dan membersihkan kamarku ini bila ia datang sesekali menjengukku. Hasrat rindu ini menjadi naik pitam. Aku menutup pintu cepat-cepat dan melangkahkan kaki menyusuri tempat-tempat yang kulalui tadi.”

“Aku sampai pada tempat dimana aku telah meberantakinya dengan membanting sana-sini. Namun, tempat itu telah rapi. Ini pasti ulahnya lagi. Aku membuka pintu kamarnya. Aku langsung menghambur memeluknya. Aku menangs di pelukannya. Di pelukan seorang idolaku, ya, harusnya ia adalah idolaku selama ini. kenapa aku baru menyadarinya? Kami menangis dalam balutan pelukan erat yan seolah tak ingin kami lepas. ia melepas pelukan itu. Aku memandangi wajahnya. Guratan diwajahnya memancarkan sinar yang tenang. Tubuhnya yang tak sekuat dulu telah keriput. Ya Tuhan, aku menyayangi wanita tua ini. wanita yang berjuang diantara dunia dan akhirat untukku. Lindungi ibuku, Tuhan. Amin..”

  • Calendar

    • January 2011
      M T W T F S S
       12
      3456789
      10111213141516
      17181920212223
      24252627282930
      31  
  • Search